• Posted by : Unknown Selasa, 12 Januari 2016



    BAB 1
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang
    Ilmu nahwu dan shorof merupakan ilmu yang paling penting untuk dipelajari dan di fahami bagi kaum muslim, sebab jika seorang muslim tidak bisa memahami kedua ilmu ini akan sulit untuk membaca kitab al-Qur’an,kitab kuning dan akan sulit untuk berbicara bahasa arab.
    Mempelajari ilmu nahwu dan shorof  merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim yang menganggap Al-Qur’an adalah pedomannya karena Al-Qur’an diturunkan berbentuk bahasa arab yang tidak ada harkatnya.
    Dan untuk bisa mempelajari dan memahami Al Qur’an diperlukan sebuah ilmu ( Shorof dan Nahwu ) yang erat kaitannya mengenai penafsiran tiap kata dalam Al Qur’an ataupun dalam Al Hadist sehingga maksud dan tujuan – Nya bisa kita pahami.
    Ilmu Nahwu disebut bapak Ilmu, sedangkan Ilmu Shorof disebut induk segala Ilmu sebab ilmu Shorof itu melahirkan bentuk setiap kalimat, sedangkan kalimat itu menunjukkan bermacam – macam ilmu. Kalau tidak ada kalimat lafadz, tentu tidak akan ada tulisan. Tanpa tulisan sukar mendapatkan ilmu.

    B. Rumusan Masalah 
    1. Apakah definisi tashrif? 
    2. Bagaimana perkembangan tashrif?
    C. Tujuan Pembahasan
    1. Untuk mengetahui definisi tashrif.
    2. Untuk mengetahui perkembangan tashrif

    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.    Definisi Tashrif
    الصرف ويقال له التصريف هولغة التغيير والاصطلاح: تحويل الاصل الواحد الي امثلة مختلفة لمعا ن مقصودة[1]
    Shorof dan dikatakan juga Tashrif menurut bahasa adalah perubahan atau perpindahan. Sedangkan menurut istilah ulama shorof adalah perubahan atau perpindahan kalimat dari bentuk satu atau asal satu (masdar/fi’il madli) ke bentuk yang lain yang berbeda-beda karena menghendaki ma’na yang diinginkan / dituju.[2]
    Ilmu sharf berbicara tentang aturan pembentukan kata (البنية والصيغة). Ia mempelajari timbangan-timbangan kata (wazan) berikut indikasinya, serta bentuk-bentuk perubahan yang sangat beragam seperti penghapusan (الحذف), penambahan (الزيادة), perentangan (التطويل), pemendekan (التقصير), peleburan (الادغام), pembalikan (القلب), penggantian (الابدال), pencacatan (الاعلال), serta keadaan saat terus (الوصل) dan saat berhenti (الوقف). Dengan kata lain, kata kunci dalam ilmu sharf ialah kata (الكلمة). Adapun kata kunci dalam ilmu
    B.     Perkembangan Tashrif
    واتفقوا على ان واضعه معاذ بن مسلم الهراء بفتح الهاء وشد الراء نسبة الى بيع الثياب الهروية كذا [3].في التصريح لكن في القنون للشريف اليوسي ان واضعه الامام علي بن ابي طالب كرم الله وجهه
    Ulama sepakat bahwa penemu ilmu shorof adalah : Mu'adz Bin Muslim Al Harro'. Nama tersebut dinisbatkan pada penjual baju harwiyah, hanya saja dalam qonuniahnya (undang-undang) menurut Syarif Ilyusi penemunya adalah Sayyidina Ali bin Abi Tholib karromallahu wajhah.

     واتفقوا على ان اول من وضع التصريف معاذ بن مسلم الهراء بفتح الهاء وتشدود الراء نسبة الى ابيع الثياب الهروية[4]

    Ada sebagian sumber menyebutkan bahwa peletak dasarnya adalah Mu’adz Bin Jabal r.a, salah seorang sahabat Nabi yang termasyhur. Ini adalah riwayat yang rancu. Sebab, yang benar bukan beliau, namun Mu'adz Bin Muslim Al Harro’ yang wafat di Baghdad pada tahun 87 H.
    Menurut sumber lain, peletak dasar tashrif adalah Mazin Abu `Utsman Bakr al-Mazani al-Bashri(w. 248 H). Nama terakhir inilah yang dikenal paling identik dengan tashrif. Jajaran ulama lain yang di kenal sebagai pakar tshrif generasi awal adalah Abu al-Fath`Utsman bin Jinny (w.392 H), Abu ‘Umar `Utsman bin Umar (w. 646 H), atau dikenal sebagai Ibnu al-Hajib, Abu al-Hasan `Ali bin Mu`minbin al-`ushfur (w. 669 H), Muhammad bin Abdullah bin Malik (672 H), dan FakhruddinAhmad bin al-Hasan al-Jarabardy (w. 746 H).
    Satu hal perlu dicatat bahwa kebanyakan pakar nahwu dapat dikatakan sebagai ulama tashrif juga, demikian pula sebaliknya, karena kedua ilmu ini tidak terpisah secara tegas. Itu dapat berarti pula bahwa bibit ilmu ini sudah mulai tumbuh dan berkembang seiring ilmu nahwu.
    Mu`adz al-Harra`i (w. 187 H). Nama aslinya adalah Abu Muslim Mu’adz Ibn Muslim al-Harra`i. Tinggal di Kufah dan mendalami Nahwu bersama keponakan beliau yaitu al-Ru`asi dan menyebarkan prinsip-prinsip nahwu madzhab Bashroh di Kuffa. Beliau sangat mahir dalam menguasai nahwu dan shorof. Menurut as-Suyuthi dan Jubaidi, orang pertama yang menyusun buku tentang tashrif adalah Mu`adz. Karya Mu`adz diadopsi dari kumpulan pengetahuan tentang nahwu dan shorof dari buku Masa`il al-Tadrib,namun ilmu shorof pada masa itu belum diketahui pemisahan kajian shorof dan nahwu. Beliau juga menambahkan bahwa  pemisahan kajian antara nahwu dan shorof setelah masa Syibawaih.
    Sejak saat itu, tashrif mulai dikenal sebagai pengetahuan yang mandiri sejak abad ke-2 H ketika susunannya diperbaharui oleh Uthmah bin Baqiyah al-Maziniy dalam kitabnya at-Tashrif setelah sekian lama menjadi bagian dari studi nahwu.
     Ada sebagian maqolah mengatakan ilmu shorof pertama kali berawal dari sayyidina Ali karromallahu wajhah dikembangkan oleh ulama2 salaf.
    Dan bisa berkembang dan bertahan sampai sekarang karena ilmu shorof adalah salah satu kunci untuk memahami ilmu alat. Ada juga yang mengatakan bahwa ilmu shorof adalah ibu dari segala ilmu dan ilmu nahwu adalah bapaknya.










    BAB III
    PENUTUP
    Kesimpulan
    1.      Tashrif adalah perubahan kalimat dari bentuk satu ke bentuk lain yang berbeda-beda karena menghendaki ma`na yang diinginkan/dituju.
    2.      Pencetus pertama ilmu shorof menurut Syarif Ilyusi adalah Sayyidina Ali bin Abi Tholib karromallahu wajhah. Sedangkan menurut kesepakatan ulama adalah Mu'adz bin Muslim al-Harro`.
    Nahwu dan shorof merupakan dua ilmu yang tidak dapat dipisahkan, Mu`adz mengatakan dalam karyanya bahwa ilmu shorof pada masa itu belum diketahui pemisahan kajian shorof dan nahwu dan pemisahan kajian antara keduanya setelah masa Syibawaih. Sejak abad ke-2 tashrif mulai dikenal sebagai pengetahuan yang mandiri.








    DAFTAR PUSTAKA
    Alaisy, Muhammad. Hillul Ma`qud Min Nadzmil Maqshud, Surabaya: Al-Hidayah
    Barozy, Ahmad. `Aunul Malikil Ma`bud, Surabaya: Al-Hidayah
    Nahwu kufah. Fuad Munajat.Www.fortunakudusblogspot.com. jumat, 22.05.2009
    http://shorofzulkarnaen.blogspot.com/ 
    Dahlan,Muhammad Ihsan, At-Tashrih `Alat Taudlih, Beirud: Darul Imayah
    Al-Fadlil, Al-Masarrotul Imdadiyah, Surabaya: Al-Hidayah





                                                                                                        







    [1] Ahmad Barozy,  `Aunul Malikil Ma`bud Bisyarhi Nadzmil Maqshud (Surabaya: Al-Hidayah, tt), 4.
    [2] Al-Fadlil, Al-Masarrotul Imdadiyah (Surabaya: Al-Hidayah, tt), 1.
    [3] Muhammad Alaisy, Hallul Ma`qud Min Nadzmil Maqshud (Surabaya: Al-Hidayah, tt), 2.
    [4] Ihsan Muhammad Dahlan, At-Tashrih `Alat Taudlih (Beirud: Darul Imayah ,tt), 4.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - expresi top

    expresi top - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan