• Posted by : Unknown Minggu, 20 November 2016






      Latar belakang
    Umumnya definisi tes lebihdekat dengan pengertian pengujian (tesing). Ada beberapa definisi tes yang dipaparkan oleh ahli ahli yaitu:  yang pertama menurut Terry Overton berpendapat bahwa tes sebagai suatu metode tugas atau mempertunjukan kecakapan siswa dalam penyelesaikan suatu tugas atau mempertunjukan penguasaan keterampilan atau penguasaan pengetahuan dalam suatu bahan ajar. Sementara menurut Wayan Nurkencana dalam publikasinya berjudul Evaluasi Pendidikan, lebih komprehensi menyatakan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk tugas dan harus dikerjakan oleh individu maupun kelompok sehingga menghasilkan suatu penilaian baik tingkah laku maupun prestasi kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak lain atau standar penilaian.
    Dari berbagai definisi tentang tes yang telah dipaparkan dan Amir danien mengambil kesimpulan yaitu  tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data dan keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara (boleh dikatakan) tepat dan cepat.
    Dari sejumlah definisi dapat didefinisikan, tes dalam pendidikan adalah alat penilaian atau metode penilaian sistematis, sah, dapat dipercaya, dan objektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan dan tingkat pengetahuan siswa terhadap bahan ajar yang berupa suatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh seorang siswa.[1]


    A.    Karakteristik Tes [2]
    Suatu penilaian  yang baik dapat diketahui memiliki cirri cirri atau karakteristik sebagai berikut:
    1.      Reliabilitas tes (dapat dipercaya)
    Suatu tes dapat dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu konstan atau tetap. Jika dilapangan non kependidikan suatu tes menjadi tidak reliable karena masalah alat ukur yang digunakan, dilapangan pendidikan suatu tes menjadi tidak dapat dipercaya karena beberapa sebab, antara lain:
    a.       Situasi pada waktu pengujian / tes dilaksanakan. Hal ini menyangkut keadaan jasmani dan rohani siswa yang dites. Misalnya karena kesehatan siswa sedang tidak baik, atau perasaan siswa sedang tidak baik karena takut mengertakan tes seperti gugup dan buru buru. Sehubungan dengan ini, sudah menjadi tugas guru untuk mengingatkan para siswanya agar tidak terlambat saat menghadapi ujian, selalu menjaga kesehatan, dan belajar dengan baik dengan berlatih mengerjakan soal latihan yang mirip tes untuk meningkatkan rasa percaya diri.
    b.      Keadaan tes itu sendiri. Misalnya pertanyaanya bersifat ambigu atau memiliki banyak arti, maksud pertanyaan kurang jelas karena keterangan dari pertanyaanya tidak lengkap dan sebagainya. Untuk menguasai masalah ini penyusun tes hendaknya harus benar benar menguasai materi yang akan diujikan.  
    2.      Validitas (sah atau cocok)
    Tes yang valid artinya benar benar mengukur apa yang harus diukur. Tes tersebut dapat member gambaran tentang apa yang diinginkan untuk diukur. Contohnya jika ingin mengukur suhu tubeh maka menggunakan termometer dan jika ingin mengukur berat badan maka menggunakan timbang badan, dan hasilnya itu semua tergantung keadaan objek penimbang. Dengan demikian dapat dipahami bahwa valid atau tidak valid itu amat bergantung pada tujuan dan keadaan sesuatu.
    3.      Objektivitas
    Maksudnya tidak ada unsur pribadi atau subjektif dari pemeriksa dalam penentuan skor jawaban tes. Dengan kata lain, jika hasil tersebut diperiksa/dikoreksi oleh pemeriksa yang laian maka hasilnya tetap sama. Agar suatu tes dapat terjamin objektivitasnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
    a.       Merumuskan pertanyaan pertanyaan tes secara spesifik dan tepat sehingga jawabannya jelas dan tertentu.
    b.      Menghindari pertanyaan pertanyaan yang ambigu, yang memunkikan berbagai macam penafsiran.
    c.       Menyusun tes yang hanya memerlukan jawaban pendek, spesifik, dan tepat, dalam pemeriksaan hasil tes menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan sebelumnya.
    d.      Menentukan skor menggunakan kunci jawaban yang tekah ditentukan terlebih dahulu.
    4.      Praktikabilitas
    Sebuah tes yang bersifat mudah untuk dilakukan atau digunakan. Indikasi[3] praktikabilitas antara lain:
    Dilengkapi petunjuk petunjuk yang jelas sehingga setiap siapapun guru ataupun lainnya dapat memberikan tes tersebut, dan setiap siswa dapat memahami apa yang harus ia kerjakan dan diperbuat dalam tes tersebut.
    Mudah pelaksanaannya, tidak menuntut persiapan yang rumit atau memerlukan peralatan yang bermacam macam.
    Memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan soal soal yang dirasa mudah terlebih dahulu.
    Mudah pemeriksaan karena tes dilengkapi kunci jawaban.
    5.      Ekonomis
    Pengertian ekonomis disini adalah adanya penghematan atau efisiensi. Penghematan tidak hanya dalam hal biaya, tetapi juga menyangkut waktu dan tenaga. Tes dalam bentuk uraian mungkin lebih hemat dalam hal penggunaan kertas membuat soal, tetapi bisa jadi boros dalam menyiapkan kertas jawaban siswa. Dalam hal waktu yang harus dikeluarkan lebih lama baik dalam mengerjakan dan pengoreksiannya. Sementara itu tes objektif lebih boros dalam penggunaan lembar jawaban, tetapi lebih efisien dalam tenaga dan waktu. Hal hal semacam ini perlu diperhitungkan dalam pembuaatan tes. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, biasanya tes tes atau ulangan formatif yang lebih leluasa waktunya menggunakan tes uraian sedangkan ulangan sumatif atau ulangan akhir semester menggunakan tes objektif.







    [1] Basuki Iment.2014.Assasmen Pembelajaran.Pt Remaja Rosdakarya:Bandung .Hal 21-22
    [2]  Basuki Iment.2014.Assasmen Pembelajaran.Pt Remaja Rosdakarya:Bandung .Hal 22-27

    [3] Berasal dari bahasa inggis indicare artinya menyebutkan, dan menunjukan.

    { 1 komentar... read them below or add one }

    1. Saya liza mau bertanya min karakteristik tes ama non tes beda apa sama min? Trimakasih

      BalasHapus

  • Copyright © - expresi top

    expresi top - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan