- Home>
- SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI MASA KHULAFAUR RASYIDDIN
Posted by : Unknown
Selasa, 12 Januari 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada masa perkembangan dan pertumbuhan islam berlangsung ppada masa
khulafaur rosyidin ( Abu Bakar, Umar, Usman, Ali ) yang di warnain dengan
perkembangan ilmu-ilmu naqliah.[1]Pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of knowledge” ataupun “transfer
oftraining“, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas
pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait secara langsung
dengan Tuhan. Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja
perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai
khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk
menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan
pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khulafaur rosidin ini
adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik
materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya. Dari sini kita dapat
mengethui metode dan perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasidin.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Metode perkembngan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
?
C. Tujuan
Untuk mengetahui metide pendidikan pada masa khulafaur rosyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin.
Khulafaur
Rasyidin adalah berasal dari kata “Khulafa” dan “Ar-Rasyidin” kata “Khulafa”
merupakan bentuk jamak dari kata “Khulafah” kata ini dalam bahasa arab
megandung pengertian cerdik, pandai dan mengganti, sedangkan kata “Ar-Rasyidin”
merupakan bentuk jamak dari kata “Rosyada” yang mengandung pengertian lurus,
benar dan mendapat petunjuk. Dari pengertian diatas maka dapatlah kita
mengambil pengertian, bahwa pengertian khulafaurrasyidin adalah Pengertian yang
cerdik dan benar serta senantiasa mendapat petunjuk. Adapun yang dimaksud dari
kata “khulafaurrasyidin” disini adalah para pemimpin pengganti Rasulullah dalam
urusan kehidupan kaum muslimin yang sangat adil dan bijaksana, pandai, husni
dalam menjalankan tugasnya senantiasa berjalan pada jalur yang benar serta
senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT.
Para
pemimpin Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rasulullah yaitu :
1. Abu Bakar Shiddiq 2. Umar Bin Khattab 3.Utsman Bin Affan 4.Ali Bin Abi
Thalib. Periode Khulafa‟ur Rasyidin ini merupakan periode penyiaran Islam yang
sangat berhasil, sehingga Islam mulai tersiar di luar jazirah Arabia, berikut
analisa Sejarah Pendidikan Islam periode Khulafaur Rasyidin:
1. Pada
Masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq (632-634 M)/(11-13 H)
Beliau
adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw, yang mempunyai rasa sosial yang
tinggi. Beliau juga pernah menginfakkan hartanya sebanyak 4000 dinar untuk
kepentingan Islam, padahal harta itu ia semuanya beliau dapatkan dari usahanya berdagang.
Setelah
nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai khalifah.
Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan
nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintahan.
Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah abu bakar ini adalah sama
dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun
lembaga pendidikannya. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan
oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang
yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan
perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan
dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari
ajaran Islam.
Dari
segi materi pendidikan islam terdiri dari :
1) Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2) Pendidikan akhlaq,seperti
adab masuk rumah orang,sopan santun bertetangga,bergaul dalam masyarakat.
3)
Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji.
4) Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.
Lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab.
Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai
tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam
adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat
pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca
Al-Qur’an, dan lain sebagainya
Perkembangan Pendidikan
Islam:
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar telah diguncang pemberontakan oleh
orang-orang yang murtad orang yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang
tidak mau membayar zakat pada awal kekuasaannya Abu Bakar memusatkan
kosentrasinya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan
yang dapat mempengaruhi orng Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang
dari Islam. Maka dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah
dalam operasi tersebut sebanyak 73 orang Islam yang gugur yang terdiri dari
sahabat rosul dan para Hafidz Al-Qur’an kenyataan ini telah mengurangi jumlah
sahabat yang hafal Al-Qur’an dan jika tidak diperhatikan shabat-sahabat yng
hafal Al-Qur’an akan habis dan akirnya akan melahirkan perselisihan dikalangan
umat Islam mengenai Al-Qur’an. Oleh karena itu sahabat Umar bin Khatab
menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Saran tersebut kemudian direalisasikan Abu Bakar dengan mengutus Zaid bin
Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian
khalifah Abu Bakar berjasa dalam menyelamatkan keaslian materi dasar pendidikan
Islam.
Proses Terahir Menjadi Khulafa.
Setelah menderita sakit demam selama lima belas
hari akhirnya Abu Bakar r.a meninggal dunia pada hari senin, 21 Jumadil Akhir
13 H (22 Agustus 634 M) pada usia 63 tahun. Riwayat yang paling kuat
mengenai sebab sakitnya beliau adalah riwayat yang berasal dari putrinya yang
menyebutkan bahwa beliau sering mandi malam. Sedangkan pemerintahan beliau
berjalan selama dua tahun tiga bulan dan sepuluh malam.Selama sakitnya beliau
tidak bisa mengimami shalat jama’ah hingga beliau digantikan oleh Umar bin
Khattab r.a. selain itu juga beliau selalu memikirkan perkara ummat Islam yang
akan ia tinggalkan. Beberapa motivasi dan penyebab mendorongnya untuk menunjuk
orang yang menggantikannya setelah berbincang-bincang dengan para sahabat besar
lainnya, yang membulatkan tekad beliau untuk menunjuk Umar bin Khattab r.a
sebagai penggantinya.
Ada berapa hal yang mungkin sangat berpengaruh
terhadap keputusan Abu Bakar r.a untuk memilih sendiri orang yang akan
menggantikannya. Salah satunya adalah perdebatan yang pernah terjadi di Saqifah
Bani Saidah setelah Rasulullah saw. meninggal dunia, selain itu juga
masukan-masukan positif tentang Umar bin Khattab r.a dari sahabat-sahabat besar
lainnya.
Di lain pihak, Jafri menuturkan bahwa
penunjukan ini juga salah satu bentuk penghalangan Ali bin Abi Thalib r.a dari
posisi ke-khalifahan. Sangat tidak mengherankan bila Umar bin Khattab r.a tidak
memilih Ali bin Abi Thalib r.a yang tidak mau membaiatnya hingga lima hingga
enam bulan pemerintahannya. Tentu saja Umar bin Khattab r.a yang juga merupakan
pioner pengangkatan Abu Bakar r.a sebagai khalifah pada peristiwa Saqifah akan
mendapatkan kepercayaan Abu Bakar r.a untuk menjadi khalifah.
2. Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab(634-644 M)/(13-24)
Beliau adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin
Abdul Uzza. Salah satu gelar pujian yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada
beliau. Beliau dilahirkan empat tahun sebelum kelahiran Rasulullah saw. Umur
beliau adalah 63 tahun dan beberapa bulan.
Sebelum Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar sebagai
penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa
Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan
wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah
Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam
segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki
kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat
berpengaruh tidak boleh keluar daerah
atas izin dari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau
ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke madinah, ini
berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat
pendidfikan adalah terpusat di Madinah.Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah
Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang
baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima
perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka
mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab
merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah,
beliau juga menerapkan pendidikan di masjid- masjid dan pasar – pasar, serta
mengangkat dan menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan
itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya
seperti Fiqih, kepada penduduk yang baru masuk Islam. Diantara sahabat –
sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin
Ma’qaal dan Imran bin Hashim.
Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid
sedangkan murid melingkarinya (Halaqoh).Jadi dalam masa Khalifah Umar bin
Khattab yang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat – sahabat besar yang
lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat
pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria dan Basyrah. Dengan
meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar,
karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-
sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas
penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama
Islam.
Pada masa
khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan
menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok agama Islam.
Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini
tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru
masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin
belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah
ada pengajaran bahasa Arab.
Pada masa ini,
pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada
dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid
sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam
diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
.
Perkembangan Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab.
Perkembangan Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi pokok politik dalam
keadaan stabil. Melanjutkan kebijakan Abu Bakar, umar bin khattab mengirim
pasukan untuk memperluas wilayah Islam. Ekspansi Islam di masa Umar mencapai
hasil yang gemilang yang meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria Irak
Persia dan Mesir.Dengan meluasnya
wilayah Islam sampai keluar jazirah Arab penguasa memikirkan pendidikan Islam
didaerah diluar jazirah Arab Karena bangsa tersebut memiliki adat dan
kebudayaan yang berbeda dengan Islam. Umar memerintahkan panglima-panglima
apabila mereka berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan
masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha itu
khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditklukan yang bertugas mengajarkan isi Al-Qur’an dan ajaran Islam kepada
penduduk yang bau masuk Islam.
Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat
kepada Rosulullah dan memiliki pengaruh besar, dan pendidikan Islam terpusatkan
di Madinah sehingga kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan Islam.
Meluasnya kekuasaan Islam mendorong kegiatan
pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru menganut Islam
ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang menerima langsung dari Nabi SAW.
Khususnya menyangkut Hadist Rosul yang merupakan salah satu sumber agama yang
belum terbukukan dan hanya dalam ingatan para sahabat.
Materi pendidiakan islam yang diajarkan pada masa khulafaur
rasyidin sebelum masa Umar bin khattab, untuk pendidikandasar:
a.
Membaca
dan menulis
b.
Membaca
dan menghafal al-qur’an
c.
Pokok-pokok
agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shoum, dan sebagainya
Ketika Umar bin khattab diangkat menjadi khalifah ia menginstruksikan kepada penduduk agar anak-anak diajari mengendarai unta, memanah, membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan pribahasa.
Sedangakan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya
Ketika Umar bin khattab diangkat menjadi khalifah ia menginstruksikan kepada penduduk agar anak-anak diajari mengendarai unta, memanah, membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan pribahasa.
Sedangakan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya
b.
Hadis
dan pengumpulannya
c.
Fiqh.
Proses Terakhir Menjadi Khulafa.
Banyak keputusan-keputusan baru yang harus
diambil oleh oleh khalifah ke-II Umar Bin Khattab (634-644 M). Penyebaran agama
Islampun dilaksanakan seiring dengan perluasan wilayah Islam. Banyak orang yang
takluk dibawah Islam memeluknya sebagai agama meskipun ada sebahagian dari
mereka yang membenci Islam ataupun bangsa Arab yang merupakan penjajah. Umar
memerintah dengan tegas dan disiplin, rakyat maupun pegawainya akan dihukum
bila terbukti bersalah. Pada akhir pemerintahannya timbul gejala-gejala
ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakannya yang disuarakan pertama kalinya
oleh mereka yang membeci Islam ataupun bangsa Arab. Hal yang paling menonjol
adalah pembagian hasil rampasan perang yang dinilai tidak adil. Tetapi hingga
akhir hayatnya tidak ada yang berani mengutarakan secara terang-terangan.
Benarkah terjadi ketidak-puasan terhadap
pemerintahan Umar bin Khattab, bisa jadi benar. Salah satu bukti yang
menunjukkan hal tersebut adalah pembunuhan Umar bin Khattab sendiri, beliau
dibunuh Abu Lu’luah, seorang Nasrani. Ia megutarakan keberatannya atas pajak
yang ia nilai terlalu besar untuknya yang berprofesi sebagai tukang kayu,
pelukis, dan pandai besi, ia harus membayar dua dirham setiap hari. Akan tetapi
meskipun Umar bin Khattab r.a mendengar keluhannya, beliau tidak mengurangi
pajak tersebut karena kabarnya ia juga akan membuka penggilan tepung dengan
angin.
Abu Lu’luah ternyata berlalu dengan rasa tidak
puas dengan keputusan beliau, hal ini disimpulkan dari jawabannya atas
keputusan Umar bin Khattab r.a: “kalau begitu bekerjalah untukku dengan
penggilingan itu!”, yang kemudian dijawab: “kalau kamu selamat maka aku akan
bekerja untukmu”. Tiga hari kemudian ia berhasil membunuh beliau.
Akan tetapi bila hanya bukti ini yang diajukan
untuk mengutarakan bahwa akhir pemerintahan Umar bin Khattab r.a terjadi
beberapa ketidak-puasaan terhadapa kebijaksaanan beliau, maka itu terlalu
dilebih-lebihkan. Tapi meskipun begitu, memang faktanya ada yang merasa tidak
puas dengan Umar bin Khattab r.a.
Beliau meninggal pada umur 63 tahun. Adapun ke-khalifahannya
berjalan selama 10 tahun, 6 bulan dan 8 hari.
3. Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan (644 – 656 M)
Ustman
bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah
menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi
khalifah hasil dari pemilihan Panitia enam Diantaranya: Usman, Ali bin Abi
Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin
Auf. Akhirnya yang ditunjuk oleh khalifah yakni Umar bin Khattab menjelang
beliau meninggal.
Pada
masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan
masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada,
namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar
dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai.Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
Proses
pelaksanaan pola pendidikan pada masa Ustman ini lebih ringan dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam.
Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa
memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.Khalifah Ustman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah
berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini
yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan
tulisan ayat- ayat Al-Qur’an.Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam
bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Utsman memerintahkan kepada tim
untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin
Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist. Sebab Al- Qur’an diturunkan
menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit
bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
Pada
masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada
ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para
pendidik tersebut dalam melaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan
Allah semata.
Adapun
objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Orang
dewasa dan atau Anak- anak yang baru masuk Islam. baik orang tuanya telah lama
memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam Orang dewasa dan atau orang tua
yang telah lama memeluk Islam Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu
agama secara luas dan mendalaminya, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak
mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan semua objek tetapi harus diadakan
pengklasifikasian yang rapi dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan
kesanggupan dari peserta didiknya.
Adapun
metode yang digunakan adalah:
1.
Golongan
pertama menggunakan metode ceramah dengan mengemukakan contoh -contoh dan
peragaan, seperti Shalat,Wudhu dan sebagainya.
2.
Golongan
kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
3.
Golongan
ketiga menggunakan metode diskusi, tanya jawab.
4.
Golongan
keempat menggunakan metode pengajaran pada golongan ini lebih bersifat
pematangan dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan.
Ada 3
fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
1.
fase
pembinaan ; memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman.
2.
Fase
pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud .agar mereka
dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam
kehidupan sehari- hari.
3.
Fase
pembelajaran: ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang pemahaman
terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata bahasanya,
menulis, membaca,syair dan peribahasa.
Pendidikan
pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika
dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa
khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat.Dari segi
pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai
akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat
kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.
3.
Perkembangan
Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan pelaksanaan pendidikan tidak
jauh berbeda dengan masa sebelumnya pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa
yang telah ada. Usaha konkrit di bidang pendidikan Islam ini di buktikan adanya
lanjutan usulan khalifah Umar kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Khalifah Utsman memerintahkan kepada Zaid bin
Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits,
supaya menyalin mushaf Al-Qur’an yang dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar.
Setelah selesai menyalin mushaf itu Utsman memerintahkan para penulis Al-Qur’an
untuk menyalin kembali dan dikirimkan ke Mekkah, Kuffah, Bashrah dan Syam,
khalifah Utsman sendiri memegang satu mushaf yang disebut mushaf Al-Imam.
Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi ketempat peyimpanan semula yaitu
rumah Hafsah. Khalifah Utsman meminta agar umat Islam memegang teguh apa yang
tertulis dimushaf yang dikirimkan kepda mereka sedangkan mushaf-mushaf yang
sudah ada ditangan umat Islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari
perselisihan bacaan Al-Qur’an serta menjaga keasliannya. Fungsi Al-Qur’an
sangat fundamental bagi sumber agama dan ilmu-ilmu Islam. Oleh karena itu
menjaga keasliannya Al-Qur’an dengan menyalin dan membukukannya merupakan suatu
usaha demi perkembangan ilmu-ilmu Islam dimasa mendatang.
Seperti khalifah-khlifah sebelumnya, khalifah Utsman memberikan
perhatian besar pada pengiriman tentara kebeberapa wilayah yang belum
ditaklukan. Besar juga hasil yang diperoleh dari pengiriman ekspedisi dimasa
ini bagi perluasan kekuasaan Islam, yang mencapai Tripoli,Ciprus, dan beberapa
wilayah lain, tetapi gelombang ekspedisi terhenti sampai disini karena
perselisihan pemerintahan dan kekacauan yang mengakibatkan terbunuhnya khalifah
Utsman.
Pengganti Utsman ialah Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Dari
sejak awal kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti pemberontakan, salah
satunya peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhahd an Abdullah bin
Zubair yang berambisi menduduki jabatan khalifah, peperangan diantara mereka
disebut dengan perang Jamal (Unta) karena Aishyah menggunakan kendaraan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul
pemberontakan lain sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan
ketenangan dan kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak
untuk menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa harus menghadapi peperangan
lagi melawan Muawiyah dan pendukungnya yang terjadi perang Shiffin. Tentara Ali
sudah hampir pasti dapat mengalahkan tentara Muawiyah, akhirnya Muawiyah
mengambil siasat untuk mengadakan takhim, penyelesaian dengan adil dan damai.
Semula Ali menolak, tetapi atas desakan sebagian tentaranya ia menerima juga,
namun takhim malah menimbulkan kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang.
Dengan takhim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan
pemerintah tandingan di Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara
takhim karena tidak setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok
sendiri sebagai kelompok Khawarij, Golongan ini selalu merongrong kewibawaan
kekuasaan Ali sampai akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang dialami Utsman.
Pada
masa Ali bin abi tholib telah terjadi pemberontakan, sehingga di masa ia
berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali
berkuasa,kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan, pada saat
itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan
perhatiannya di tumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat
islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh
beda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran
islam yang bersumber pada al-qur’an dan hadis Nabi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman empat
khalifah belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya tidak jauh
berbeda dengan masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan
ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist nabi, hal ini
disebabkan oleh kosentrasi umat Islam dan terjadinya pergolakan politik,
khususnya dimasa Ali bin Abi Thalib.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
- Khalifah Khulafaur Rasyidin Yakni:Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali Bin Abi Thalib yang merupakan khalifah pengganti Rasulullah Muhammad dengan semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras dengan menyerang daerah- daerah yang tidak mau masuk Islam. Walaupun menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak pernah hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi lebih bersemangat dalam menyebarkan agama Islam. Penyebaran Islam pada masa Khulafaur Rasyidin ini bergerak di berbagai bidang, baik dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi maupun Pendidikan. Sementara sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur‟an yang dikenal dengan Mushaf Utsmani, adanya Ilmu Nahwu yang dipeuntukkan orang-orang Islam selain Arab, dan adanya Majlis Khalifah yang digunakan untuk Belajar Umat Islam. Selain itu sebagai bukti keberhasilan Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin dibidang pendidikan adalah munculnya Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar Makkah dan Madinah. Inilah diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu itu.
·
Pendidikan
pada masa Abu Bakar tidak jauh beda dengan pendidikan masa rasulullah. Pada
masa khalifah Umar Bin Khattab, pendididkan sudah lebih meningkat dimana pada
masa khalifah Umar guru-guru sudah digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang
baru di taklukan.Pada khalifah Usman Bin Affan, pendidikan diserahkan pada
rakyat dan sahabat tidak hanya fokus di Madinah saja, tetapi suah dibolehkan
kedaerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali Bin Abi Tholib,
pendidikan kurang mendapat perhatian di sebabkan karena pemerintahan Ali selalu
dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
·
Pola
pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan
pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan )
maupun dari segi lembaganya ( kuttab ).Pada masa khalifah Umar bin Khattab
pendidikan Islam sudah lebih meningkat iman pada masa ini khalifah Umar sudah
mengangkat guru-guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru
ditaklukkan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain. Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain. Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group,1997
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
Nizar,samsul.2008.sejarah pendidikan islam.jakarta:kencana.
[1] Dr.
Muhamad Hambal Shafawan, Lc., M.PdI , Intisari sejarah pendidikan islam, Surakarta,2015. Halm.54