• Posted by : Unknown Selasa, 12 Januari 2016



    BAB I
    PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang Masalah
    Pada masa perkembangan dan pertumbuhan islam berlangsung ppada masa khulafaur rosyidin ( Abu Bakar, Umar, Usman, Ali ) yang di warnain dengan perkembangan ilmu-ilmu naqliah.[1]Pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of knowledge” ataupun “transfer oftraining“, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan. Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
    Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khulafaur rosidin ini adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.
    Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya. Dari sini kita dapat mengethui metode dan perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasidin.
    B.     Rumusan Masalah
    Dari latar belakang di atas dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut:
    Bagaimana Metode perkembngan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin ?
    C.    Tujuan
    Untuk mengetahui metide pendidikan pada masa khulafaur rosyidin.
    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.    Pengertian Khulafaur Rasyidin.
    Khulafaur Rasyidin adalah berasal dari kata “Khulafa” dan “Ar-Rasyidin” kata “Khulafa” merupakan bentuk jamak dari kata “Khulafah” kata ini dalam bahasa arab megandung pengertian cerdik, pandai dan mengganti, sedangkan kata “Ar-Rasyidin” merupakan bentuk jamak dari kata “Rosyada” yang mengandung pengertian lurus, benar dan mendapat petunjuk. Dari pengertian diatas maka dapatlah kita mengambil pengertian, bahwa pengertian khulafaurrasyidin adalah Pengertian yang cerdik dan benar serta senantiasa mendapat petunjuk. Adapun yang dimaksud dari kata “khulafaurrasyidin” disini adalah para pemimpin pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslimin yang sangat adil dan bijaksana, pandai, husni dalam menjalankan tugasnya senantiasa berjalan pada jalur yang benar serta senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT.
    Para pemimpin Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rasulullah yaitu : 1. Abu Bakar Shiddiq 2. Umar Bin Khattab 3.Utsman Bin Affan 4.Ali Bin Abi Thalib. Periode Khulafa‟ur Rasyidin ini merupakan periode penyiaran Islam yang sangat berhasil, sehingga Islam mulai tersiar di luar jazirah Arabia, berikut analisa Sejarah Pendidikan Islam periode Khulafaur Rasyidin:
    1. Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Sidiq (632-634 M)/(11-13 H)
    Beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw, yang mempunyai rasa sosial yang tinggi. Beliau juga pernah menginfakkan hartanya sebanyak 4000 dinar untuk kepentingan Islam, padahal harta itu ia semuanya beliau dapatkan dari usahanya berdagang.
    Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah abu bakar ini adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya. Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memperangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam.
    Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari :

    1)  Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
    2) Pendidikan akhlaq,seperti adab masuk rumah orang,sopan santun bertetangga,bergaul dalam masyarakat.
    3) Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji.
    4) Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
    Lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah sahabat rosul yang terdekat, lembaga pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya
    Perkembangan Pendidikan Islam:
    Masa awal kekhalifahan Abu Bakar telah diguncang pemberontakan oleh orang-orang yang murtad orang yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat pada awal kekuasaannya Abu Bakar memusatkan kosentrasinya untuk memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan yang dapat mempengaruhi orng Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam. Maka dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah dalam operasi tersebut sebanyak 73 orang Islam yang gugur yang terdiri dari sahabat rosul dan para Hafidz Al-Qur’an kenyataan ini telah mengurangi jumlah sahabat yang hafal Al-Qur’an dan jika tidak diperhatikan shabat-sahabat yng hafal Al-Qur’an akan habis dan akirnya akan melahirkan perselisihan dikalangan umat Islam mengenai Al-Qur’an. Oleh karena itu sahabat Umar bin Khatab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Saran tersebut kemudian direalisasikan Abu Bakar dengan mengutus Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian khalifah Abu Bakar berjasa dalam menyelamatkan keaslian materi dasar pendidikan Islam.
    Proses Terahir Menjadi Khulafa.
    Setelah menderita sakit demam selama lima belas hari akhirnya Abu Bakar r.a meninggal dunia pada hari senin, 21 Jumadil Akhir 13 H (22 Agustus 634 M) pada usia 63 tahun. Riwayat yang paling kuat mengenai sebab sakitnya beliau adalah riwayat yang berasal dari putrinya yang menyebutkan bahwa beliau sering mandi malam. Sedangkan pemerintahan beliau berjalan selama dua tahun tiga bulan dan sepuluh malam.Selama sakitnya beliau tidak bisa mengimami shalat jama’ah hingga beliau digantikan oleh Umar bin Khattab r.a. selain itu juga beliau selalu memikirkan perkara ummat Islam yang akan ia tinggalkan. Beberapa motivasi dan penyebab mendorongnya untuk menunjuk orang yang menggantikannya setelah berbincang-bincang dengan para sahabat besar lainnya, yang membulatkan tekad beliau untuk menunjuk Umar bin Khattab r.a sebagai penggantinya.
    Ada berapa hal yang mungkin sangat berpengaruh terhadap keputusan Abu Bakar r.a untuk memilih sendiri orang yang akan menggantikannya. Salah satunya adalah perdebatan yang pernah terjadi di Saqifah Bani Saidah setelah Rasulullah saw. meninggal dunia, selain itu juga masukan-masukan positif tentang Umar bin Khattab r.a dari sahabat-sahabat besar lainnya.
    Di lain pihak, Jafri menuturkan bahwa penunjukan ini juga salah satu bentuk penghalangan Ali bin Abi Thalib r.a dari posisi ke-khalifahan. Sangat tidak mengherankan bila Umar bin Khattab r.a tidak memilih Ali bin Abi Thalib r.a yang tidak mau membaiatnya hingga lima hingga enam bulan pemerintahannya. Tentu saja Umar bin Khattab r.a yang juga merupakan pioner pengangkatan Abu Bakar r.a sebagai khalifah pada peristiwa Saqifah akan mendapatkan kepercayaan Abu Bakar r.a untuk menjadi khalifah.

    2. Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab(634-644 M)/(13-24)

    Beliau adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Salah satu gelar pujian yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada beliau. Beliau dilahirkan empat tahun sebelum kelahiran Rasulullah saw. Umur beliau adalah 63 tahun dan beberapa bulan.
                                                     
    Sebelum Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Khalifah Umar meliputi Semenanjung Arabia, palestina, Syiria, Irak,Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluasnya pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki kererampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
    Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, sahabat – sahabat yang sangat berpengaruh tidak boleh keluar daerah  atas izin dari khalifah dan dalam kurun waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidfikan adalah terpusat di Madinah.Dengan meluasnya Islam sampai ke jazirah Arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam di daerah – daerah yang baru di taklukkan. Untuk itu, Umar bin Khattab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.

    Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik melakukan pernyuluhan pendidikan dikota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid- masjid dan pasar – pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru –guru untuk tiap – tiap daerahyang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isin Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya seperti Fiqih, kepada penduduk yang baru masuk Islam. Diantara sahabat – sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab ke daerah adalah Abdurahman bin Ma’qaal dan Imran bin Hashim.
    Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya (Halaqoh).Jadi dalam masa Khalifah Umar bin Khattab yang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat – sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah juga di Mesir, Syiria dan Basyrah. Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru masuk Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat- sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah – daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam.
    Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca dan menulis Al- Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok –pokok agama Islam. Pendidikan pada masa ini lebih maju dibandingkan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah ada pengajaran bahasa Arab.
    Pada masa ini, pelaksanaan pendidikan lebih maju karena selama pemerintahan Umar Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini disebabkan telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok –pokok ilmu lainnya.
    .
    Perkembangan Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab.
    Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi pokok politik dalam keadaan stabil. Melanjutkan kebijakan Abu Bakar, umar bin khattab mengirim pasukan untuk memperluas wilayah Islam. Ekspansi Islam di masa Umar mencapai hasil yang gemilang yang meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria  Irak  Persia  dan Mesir.Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar jazirah Arab penguasa memikirkan pendidikan Islam didaerah diluar jazirah Arab Karena bangsa tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda dengan Islam. Umar memerintahkan panglima-panglima apabila mereka berhasil menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha itu khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditklukan yang bertugas mengajarkan isi Al-Qur’an dan ajaran Islam kepada penduduk yang bau masuk Islam.
    Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan memiliki pengaruh besar, dan pendidikan Islam terpusatkan di Madinah sehingga kota tersebut pada waktu itu menjadi pusat keilmuan Islam. Meluasnya kekuasaan Islam mendorong kegiatan  pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang menerima langsung dari Nabi SAW. Khususnya menyangkut Hadist Rosul yang merupakan salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya dalam ingatan para sahabat.
    Materi pendidiakan islam yang diajarkan pada masa khulafaur rasyidin sebelum masa Umar bin khattab, untuk pendidikandasar:
    a.       Membaca dan menulis
    b.      Membaca dan menghafal al-qur’an
    c.       Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shoum, dan sebagainya
                Ketika Umar bin khattab diangkat menjadi khalifah ia menginstruksikan kepada penduduk agar anak-anak diajari mengendarai unta, memanah, membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan pribahasa.
    Sedangakan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
    a. Al-qur’an dan tafsirnya
    b.      Hadis dan pengumpulannya
    c.       Fiqh.
    Proses Terakhir Menjadi Khulafa.
    Banyak keputusan-keputusan baru yang harus diambil oleh oleh khalifah ke-II Umar Bin Khattab (634-644 M). Penyebaran agama Islampun dilaksanakan seiring dengan perluasan wilayah Islam. Banyak orang yang takluk dibawah Islam memeluknya sebagai agama meskipun ada sebahagian dari mereka yang membenci Islam ataupun bangsa Arab yang merupakan penjajah. Umar memerintah dengan tegas dan disiplin, rakyat maupun pegawainya akan dihukum bila terbukti bersalah. Pada akhir pemerintahannya timbul gejala-gejala ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakannya yang disuarakan pertama kalinya oleh mereka yang membeci Islam ataupun bangsa Arab. Hal yang paling menonjol adalah pembagian hasil rampasan perang yang dinilai tidak adil. Tetapi hingga akhir hayatnya tidak ada yang berani mengutarakan secara terang-terangan.
    Benarkah terjadi ketidak-puasan terhadap pemerintahan Umar bin Khattab, bisa jadi benar. Salah satu bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah pembunuhan Umar bin Khattab sendiri, beliau dibunuh Abu Lu’luah, seorang Nasrani. Ia megutarakan keberatannya atas pajak yang ia nilai terlalu besar untuknya yang berprofesi sebagai tukang kayu, pelukis, dan pandai besi, ia harus membayar dua dirham setiap hari. Akan tetapi meskipun Umar bin Khattab r.a mendengar keluhannya, beliau tidak mengurangi pajak tersebut karena kabarnya ia juga akan membuka penggilan tepung dengan angin.
    Abu Lu’luah ternyata berlalu dengan rasa tidak puas dengan keputusan beliau, hal ini disimpulkan dari jawabannya atas keputusan Umar bin Khattab r.a: “kalau begitu bekerjalah untukku dengan penggilingan itu!”, yang kemudian dijawab: “kalau kamu selamat maka aku akan bekerja untukmu”. Tiga hari kemudian ia berhasil membunuh beliau.


    Akan tetapi bila hanya bukti ini yang diajukan untuk mengutarakan bahwa akhir pemerintahan Umar bin Khattab r.a terjadi beberapa ketidak-puasaan terhadapa kebijaksaanan beliau, maka itu terlalu dilebih-lebihkan. Tapi meskipun begitu, memang faktanya ada yang merasa tidak puas dengan Umar bin Khattab r.a.
    Beliau meninggal pada umur 63 tahun. Adapun ke-khalifahannya berjalan selama 10 tahun, 6 bulan dan 8 hari.
    3. Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan (644 – 656 M)
    Ustman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Usman diangkat menjadi khalifah hasil dari pemilihan Panitia enam Diantaranya: Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf. Akhirnya yang ditunjuk oleh khalifah yakni Umar bin Khattab menjelang beliau meninggal.
    Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah – daerah yang mereka sukai.Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah – daerah.
    Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Ustman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.Khalifah Ustman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat- ayat Al-Qur’an.Penyalinan ini terjadi karena perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Berdasarkan hal ini, khalifah Utsman memerintahkan kepada tim untuk penyalinan tersebut, adapun timnya adalah: Zaid bin Tsabit,Abdullah bin Zubair, Zaid binAsh, dan Abdurrahman bin Harist. Sebab Al- Qur’an diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy. Sementara Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy sedangkan ketiga tim lainnya adalah orang Quraisy.
    Pada masa Khalifah Usman bin Affan, tugas mendidik dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru- guru. Jadi para pendidik tersebut dalam melaksanakan tugasnya hanya mengharapkan keridhaan Allah semata.
    Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
    Orang dewasa dan atau Anak- anak yang baru masuk Islam. baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalaminya, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan semua objek tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapi dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya.
    Adapun metode yang digunakan adalah:
    1.      Golongan pertama menggunakan metode ceramah dengan mengemukakan contoh -contoh dan peragaan, seperti Shalat,Wudhu dan sebagainya.
    2.      Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
    3.      Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, tanya jawab.
    4.      Golongan keempat menggunakan metode pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan.
    Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:
    1.      fase pembinaan ; memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan iman.
    2.      Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud .agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik- baiknya dalam kehidupan sehari- hari.
    3.      Fase pembelajaran: ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.
    Pendidikan pada masa khalifah Usman ini tidak banyak terjadi perkembangan, jika dibandingkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini disebabkan pada masa khalifah Usman urusan pendidikan diserahkan begitu saja pada rakyat.Dari segi pemerintahan khalifah Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan khalifah Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.




    3.      Perkembangan Pada Masa Khalifah Ustman bin Affan.
    Pada masa khalifah Utsman bin Affan pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada. Usaha konkrit di bidang pendidikan Islam ini di buktikan adanya lanjutan usulan khalifah Umar kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Khalifah Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, supaya menyalin mushaf Al-Qur’an yang dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar. Setelah selesai menyalin mushaf itu Utsman memerintahkan para penulis Al-Qur’an untuk menyalin kembali dan dikirimkan ke Mekkah, Kuffah, Bashrah dan Syam, khalifah Utsman sendiri memegang satu mushaf yang disebut mushaf Al-Imam.
    Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi ketempat peyimpanan semula yaitu rumah Hafsah. Khalifah Utsman meminta agar umat Islam memegang teguh apa yang tertulis dimushaf yang dikirimkan kepda mereka sedangkan mushaf-mushaf yang sudah ada ditangan umat Islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan bacaan Al-Qur’an serta menjaga keasliannya. Fungsi Al-Qur’an sangat fundamental bagi sumber agama dan ilmu-ilmu Islam. Oleh karena itu menjaga keasliannya Al-Qur’an dengan menyalin dan membukukannya merupakan suatu usaha demi perkembangan ilmu-ilmu Islam dimasa mendatang.
    Seperti khalifah-khlifah sebelumnya, khalifah Utsman memberikan perhatian besar pada pengiriman tentara kebeberapa wilayah yang belum ditaklukan. Besar juga hasil yang diperoleh dari pengiriman ekspedisi dimasa ini bagi perluasan kekuasaan Islam, yang mencapai Tripoli,Ciprus, dan beberapa wilayah lain, tetapi gelombang ekspedisi terhenti sampai disini karena perselisihan pemerintahan dan kekacauan yang mengakibatkan terbunuhnya khalifah Utsman.

    Pengganti Utsman ialah Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Dari sejak awal kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti pemberontakan, salah satunya peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhahd an Abdullah bin Zubair yang berambisi menduduki jabatan khalifah, peperangan diantara mereka disebut dengan perang Jamal (Unta) karena Aishyah menggunakan kendaraan unta.
    Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa harus menghadapi peperangan lagi melawan Muawiyah dan pendukungnya yang terjadi perang Shiffin. Tentara Ali sudah hampir pasti dapat mengalahkan tentara Muawiyah, akhirnya Muawiyah mengambil siasat untuk mengadakan takhim, penyelesaian dengan adil dan damai. Semula Ali menolak, tetapi atas desakan sebagian tentaranya ia menerima juga, namun takhim malah menimbulkan kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan pemerintah tandingan di Damaskus.
    Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara takhim karena tidak setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok sendiri sebagai kelompok Khawarij, Golongan ini selalu merongrong kewibawaan kekuasaan Ali sampai akhirnya beliau mati terbunuh seperti yang dialami Utsman.
    Pada masa Ali bin abi tholib telah terjadi pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa,kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan, pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada al-qur’an dan hadis Nabi.
    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman empat khalifah belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist nabi, hal ini disebabkan oleh kosentrasi umat Islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abi Thalib.




















    BAB III
    PENUTUP
    SIMPULAN
    • Khalifah Khulafaur Rasyidin Yakni:Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman ibn Affan, dan Ali Bin Abi Thalib yang merupakan khalifah pengganti Rasulullah Muhammad dengan semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras dengan menyerang daerah- daerah yang tidak mau masuk Islam. Walaupun menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak pernah hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi lebih bersemangat dalam menyebarkan agama Islam. Penyebaran Islam pada masa Khulafaur Rasyidin ini bergerak di berbagai bidang, baik dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi maupun Pendidikan. Sementara sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur‟an yang dikenal dengan Mushaf Utsmani, adanya Ilmu Nahwu yang dipeuntukkan orang-orang Islam selain Arab, dan adanya Majlis Khalifah yang digunakan untuk Belajar Umat Islam. Selain itu sebagai bukti keberhasilan Khalifah Khulafa‟ur Rasyidin dibidang pendidikan adalah munculnya Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar Makkah dan Madinah. Inilah diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu itu.
    ·         Pendidikan pada masa Abu Bakar tidak jauh beda dengan pendidikan masa rasulullah. Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, pendididkan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar guru-guru sudah digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru di taklukan.Pada khalifah Usman Bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya fokus di Madinah saja, tetapi suah dibolehkan kedaerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali Bin Abi Tholib, pendidikan kurang mendapat perhatian di sebabkan karena pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
    ·         Pola pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar sama dengan pola yang diterapkan pada masa Rosulullah baik dari segi materi ( keimanan, akhlak, dan kesehatan ) maupun dari segi lembaganya ( kuttab ).Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan Islam sudah lebih meningkat iman pada masa ini khalifah Umar sudah mengangkat guru-guru dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
    Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Usman bin Affan diserahkan sepenuhnya pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah boleh mengajar ke daerah- daerah lain. Pola pendidikan Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan pemerintahan Ali yang selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.












    DAFTAR PUSTAKA
    Nizar, Samsul, Dr., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,1997
    Soekarno, Drs.,Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 1983
    Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
    Joesoef, Sejarah Daulah Khulafaur Rasiddin, Medan : Bulan Bintang, 1979
    Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 1990
    Nizar,samsul.2008.sejarah pendidikan islam.jakarta:kencana.




















    [1] Dr. Muhamad Hambal Shafawan, Lc., M.PdI , Intisari sejarah pendidikan islam,  Surakarta,2015. Halm.54

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - expresi top

    expresi top - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan