Archive for November 2016
KARAKTERISTIK TES
1
Latar
belakang
Umumnya
definisi tes lebihdekat dengan pengertian pengujian (tesing). Ada beberapa definisi tes yang dipaparkan oleh ahli ahli
yaitu: yang pertama menurut Terry
Overton berpendapat bahwa tes sebagai suatu metode tugas atau mempertunjukan
kecakapan siswa dalam penyelesaikan suatu tugas atau mempertunjukan penguasaan
keterampilan atau penguasaan pengetahuan dalam suatu bahan ajar. Sementara
menurut Wayan Nurkencana dalam publikasinya berjudul Evaluasi Pendidikan, lebih
komprehensi menyatakan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk tugas dan harus dikerjakan oleh individu maupun kelompok sehingga
menghasilkan suatu penilaian baik tingkah laku maupun prestasi kemudian dapat
dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak lain atau standar penilaian.
Dari
berbagai definisi tentang tes yang telah dipaparkan dan Amir danien mengambil
kesimpulan yaitu tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data dan keterangan
yang diinginkan tentang seseorang dengan cara (boleh dikatakan) tepat dan
cepat.
Dari
sejumlah definisi dapat didefinisikan, tes dalam pendidikan adalah alat
penilaian atau metode penilaian sistematis, sah, dapat dipercaya, dan objektif
untuk menentukan kecakapan, keterampilan dan tingkat pengetahuan siswa terhadap
bahan ajar yang berupa suatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh
seorang siswa.[1]
A. Karakteristik Tes [2]
Suatu
penilaian yang baik dapat diketahui
memiliki cirri cirri atau karakteristik sebagai berikut:
1. Reliabilitas
tes (dapat dipercaya)
Suatu tes dapat
dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu konstan atau
tetap. Jika dilapangan non kependidikan suatu tes menjadi tidak reliable karena masalah alat ukur yang
digunakan, dilapangan pendidikan suatu tes menjadi tidak dapat dipercaya karena
beberapa sebab, antara lain:
a. Situasi
pada waktu pengujian / tes dilaksanakan. Hal ini menyangkut keadaan jasmani dan
rohani siswa yang dites. Misalnya karena kesehatan siswa sedang tidak baik,
atau perasaan siswa sedang tidak baik karena takut mengertakan tes seperti
gugup dan buru buru. Sehubungan dengan ini, sudah menjadi tugas guru untuk
mengingatkan para siswanya agar tidak terlambat saat menghadapi ujian, selalu
menjaga kesehatan, dan belajar dengan baik dengan berlatih mengerjakan soal
latihan yang mirip tes untuk meningkatkan rasa percaya diri.
b. Keadaan
tes itu sendiri. Misalnya pertanyaanya bersifat ambigu atau memiliki banyak
arti, maksud pertanyaan kurang jelas karena keterangan dari pertanyaanya tidak
lengkap dan sebagainya. Untuk menguasai masalah ini penyusun tes hendaknya
harus benar benar menguasai materi yang akan diujikan.
2. Validitas
(sah atau cocok)
Tes yang valid artinya
benar benar mengukur apa yang harus diukur. Tes tersebut dapat member gambaran
tentang apa yang diinginkan untuk diukur. Contohnya jika ingin mengukur suhu
tubeh maka menggunakan termometer dan jika ingin mengukur berat badan maka
menggunakan timbang badan, dan hasilnya itu semua tergantung keadaan objek
penimbang. Dengan demikian dapat dipahami bahwa valid atau tidak valid itu amat
bergantung pada tujuan dan keadaan sesuatu.
3. Objektivitas
Maksudnya tidak ada
unsur pribadi atau subjektif dari pemeriksa dalam penentuan skor jawaban tes.
Dengan kata lain, jika hasil tersebut diperiksa/dikoreksi oleh pemeriksa yang
laian maka hasilnya tetap sama. Agar suatu tes dapat terjamin objektivitasnya,
ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Merumuskan
pertanyaan pertanyaan tes secara spesifik dan tepat sehingga jawabannya jelas
dan tertentu.
b. Menghindari
pertanyaan pertanyaan yang ambigu, yang memunkikan berbagai macam penafsiran.
c. Menyusun
tes yang hanya memerlukan jawaban pendek, spesifik, dan tepat, dalam
pemeriksaan hasil tes menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan
sebelumnya.
d. Menentukan
skor menggunakan kunci jawaban yang tekah ditentukan terlebih dahulu.
4. Praktikabilitas
Sebuah tes yang bersifat mudah untuk
dilakukan atau digunakan. Indikasi[3] praktikabilitas
antara lain:
Dilengkapi petunjuk petunjuk yang jelas
sehingga setiap siapapun guru ataupun lainnya dapat memberikan tes tersebut,
dan setiap siswa dapat memahami apa yang harus ia kerjakan dan diperbuat dalam
tes tersebut.
Mudah pelaksanaannya, tidak menuntut
persiapan yang rumit atau memerlukan peralatan yang bermacam macam.
Memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengerjakan soal soal yang dirasa mudah terlebih dahulu.
Mudah pemeriksaan karena tes dilengkapi
kunci jawaban.
5. Ekonomis
Pengertian ekonomis disini adalah adanya
penghematan atau efisiensi. Penghematan tidak hanya dalam hal biaya, tetapi
juga menyangkut waktu dan tenaga. Tes dalam bentuk uraian mungkin lebih hemat dalam
hal penggunaan kertas membuat soal, tetapi bisa jadi boros dalam menyiapkan
kertas jawaban siswa. Dalam hal waktu yang harus dikeluarkan lebih lama baik
dalam mengerjakan dan pengoreksiannya. Sementara itu tes objektif lebih boros
dalam penggunaan lembar jawaban, tetapi lebih efisien dalam tenaga dan waktu.
Hal hal semacam ini perlu diperhitungkan dalam pembuaatan tes. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, biasanya tes tes atau ulangan formatif yang
lebih leluasa waktunya menggunakan tes uraian sedangkan ulangan sumatif atau
ulangan akhir semester menggunakan tes objektif.
By : Unknown